Makna Lagu LIR ILIR oleh Kanjeng Sunan Kali Jogo

0
10.42.00

 

Lirik Lagu Lir-ilir 

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane,
Mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak iyo…


Arti Lirik Lagu Lir-ilir

Bangunlah, bangunlah
Tanaman sudah bersemi
Demikian menghijau bagaikan pengantin baru
Anak gembala, anak gembala panjatlah (pohon) belimbing itu
Biar licin dan susah tetaplah kau panjat
untuk membasuh pakaianmu
Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung bulan bersinar terang,
Mumpung banyak waktu luang
Ayo bersoraklah dengan sorakan iya

Makna yang terkandung lagu Lir-ilir

Sebagai umat Islam kita diminta bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah ditanamkan oleh Alloh dalam diri kita yang dalam ini dilambangkan dengan tanaman yang mulai bersemi dan demikian menghijau. 
Terserah kepada kita, mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan seperti bahagianya pengantin baru.
Disini disebut anak gembala karena oleh Alloh, kita telah diberikan sesuatu untuk digembalakan yaitu HATI. Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya? Si anak gembala diminta memanjat pohon belimbing yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah. Buah belimbing disini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi meskipun licin, meskipun susah kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut dalam arti sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.
Lalu apa gunanya?
Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa, Pakaian yang dimaksud adalah pakaian taqwa kita. Sebagai manusia biasa pasti terkoyak dan berlubang di sana sini, untuk itu kita diminta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya agar kelak kita sudah siap ketika dipanggil menghadap ke hadirat Alloh SWT.
Kita diharapkan melakukan hal-hal diatas ketika kita masih sehat (dilambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang dan jika ada yang mengingatkan maka jawablah dengan iya.


0 komentar:

SISI LAIN DARI KOPI

0
23.19.00



Kopi adalah salah satu jenis tumbuhan atau buah yang menjadi bahan pokok minuman yang bernama KOPI. Kopi bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kita, mulai dari anak-anak sampai orang tua pun sudah sangat familiar dengan minuman yang satu ini, bahkan di Indonesia kopi bisa dibilang sudah menjadi minuman wajib yang biasa disuguhkan dipagi hari sebelum memulai aktifitas atau pada malam hari saat melepas lelah setelah seharian bergelut dengan rutinitas yang melelahkan.
Apalagi bagi para pecandu rokok, maka bisa dipastikan hidup mereka tidak jauh dari minuman yang satu ini. Karena ternyata setelah diteliti kopi itu mempunyai kandungan yang bisa menetralisir racun dari nikotin yang ada pada rokok. Oleh sebab itulah menikmati secangkir kopi itu terasa tidak lengkap jika tidak diiringi dengan sebatang rokok sebagai jodohnya. Entah sejak kapan tradisi ini bermula tapi yang jelas mereka para perokok bisa dipastikan adalah seorang penikmat kopi, tapi mereka pecandu kopi belum tentu adalah seorang perokok. Karena banyak mereka yang tidak bisa lepas dari minum kopi setiap hari, tapi mereka tidak merokok.
Berbicara lebuh jauh tentang KOPI, yang terbersit dalam otak saya adalah bagaimana kopi itu bisa menjadi ngetrend seperti sekarang ini. KOPI itu tetaplah menjadi tanaman biasa kalau saja dulu tidak ada yang menemukan bahwa ternyata kopi bisa diolah menjadi minuman yang nikmat bagi para pecinta kopi. Tapi tidak begitu saja setelah melalui proses pembuatan yang panjang hingga berakhir menjadi bubuk kopi maka kita sudah bisa menikmatinya. Kopi bukanlah sebuah minuman yang nikmat jika tidak diseduh dengan air panas dan tidak dicampur dengan gula. Oleh sebab itu untuk memperoleh kenikmatan yang pas sesuai selera kita maka ketiga unsur tadi harus menjadi satu yang disatukan dalam sebuah wadah yaitu cangkir atau gelas. Dan sebelum diminum kopi harus terlebih dahulu diaduk dengan bantuan sendok. Karena jika tidak diaduk maka akan terasa pahit karena basic rasa dari kopi adalah pahit.
Dalam penyajiannya di warung kopi atau di “Angkringan” (bahasa lain dari warung lesehan di pinggir jalan : red) secangkir kopi selalu disertai dengan piring kecil sebagai alas cangkir yang sebenarnya hanya berfungsi sebagai pelengkap saja. Tapi selain sebagai alas fungsi lain dari piring kecil atau sering disebut “lepek” itu adalah untuk menuangkan kopi yang tersaji dalam keadaan panas tersebut agar supaya cepat dingin dan bisa dinikmati tanpa harus meniup dan meminum sedikit demi sedikit. Meskipun begitu tapi ternyata tidak semua daerah punya cara yang sama dalam menikmati kopi. Karena ternyata di tempat lain hal seperti itu bahkan terasa asing dan mereka heran ketika melihat ada orang minum kopi tapi dituangkan ke piring kecil terlebih dahulu. Yah...seperti kata pepatah “Lain Ladang Lain Belalang, Lain Lubuk Lain Ikannya”. Seperti apapun caranya yang penting kepuasan akhir tetaplah sama.
Dari pembahasan yang bertele-tele dan nggak penting banget tadi ternyata ada sebuah filosofi yang bisa saya ambil bahwa hal yang sepele seperti KOPI yang mungkin kita tidak pernah berfikir untuk menghabiskan energi hanya untuk merenungkan maknanya itu. Untuk bisa menikmati secangkir kopi kita harus melewati beberapa proses yang memang harus kita lalui. Dan kopi bukanlah sesuatu yang istimewa jika tidak dipadukan dengan beberapa unsur pelengkap. Seperti itulah halnya hidup ini, sekecil apapun tujuan kita maka mau tak mau kita harus melewati berbagai proses agar kita bisa mencapai tujuan kita dengan perasaan puas. Dan dalam proses tersebut kita tidak akan pernah bisa melaluinya sendirian karena kita sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi makhluk sosial yang tetap akan selalu membutuhkan bantuan dari orang-orang ada di sekitar kita, seperti kopi membutuhkan air panas, gula dan wadah agar kita bisa menikmatinya dengan enak.
Dan pernahkah kita berpikiran seperti itu? Rasanya lebih banyak orang yang lebih bangga dengan dirinya sendiri seolah-olah apa yang telah didapatkannya dan proses untuk mencapai tujuan tersebut adalah murni hasil kerja kerasnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Bahkan yang lebih ironis mereka seolah-olah mengesampingkan peran Tuhan dalam hidupnya dan hanya mau berkeluh kesah kepada Tuhan hanya ketika dia gagal memperoleh tujuannya tersebut. Tak jarang mereka menyalahkan Tuhan ketika mereka sedang terpuruk dan mempertanyakan keadilan Tuhan, padahal mereka melupakan-NYA ketika sedang terbuai oleh kesuksesan sesaat.
Jika sudah seperti itu apa artinya Tuhan dalam kehidupan ini? Apakah Tuhan itu hanya sebagai pelengkap untuk mengisi kolom agama pada KTP saja?Apakah kita hanya membutuhkan Tuhan saat kita sedang mengalami cobaan hidup saja? Lalu sebenarnya yang butuh itu siapa? Kita atau Tuhan?
Yeah....dan realitanya memang seperti itu, kita hanya berdo’a memohon-mohon kepada-NYA disaat kita sedang merasa kesusahan padahal sesungguhnya Tuhan itu tidak membutuhkan kita, apakah kita baik atau tidak, apakah kita benar atau salah. Tuhan hanya memberikan kompensasi kepada hambanya yang mau menjalankan semua perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Karena sesungguhnya kita lah yang membutuhkan Tuhan untuk tempat bersujud, memohon dan meminta dengan gratis tanpa syarat, itupun jika kita mau untuk berpikir jernih.
Oleh karena itu jangan menyalahkan proses yang kita jalani karena kebahagiaan hidup itu adalah proses bukan tujuan akhir. Dan nikmatilah semua proses itu dengan biasa-biasa saja tanpa melupakan peranan Tuhan dalam setiap proses yang kita jalani.

0 komentar: