SISI LAIN DARI KOPI
0
Kopi adalah salah satu jenis
tumbuhan atau buah yang menjadi bahan pokok minuman yang bernama KOPI. Kopi
bukanlah sesuatu yang asing dalam kehidupan kita, mulai dari anak-anak sampai
orang tua pun sudah sangat familiar dengan minuman yang satu ini, bahkan di
Indonesia kopi bisa dibilang sudah menjadi minuman wajib yang biasa disuguhkan
dipagi hari sebelum memulai aktifitas atau pada malam hari saat melepas lelah
setelah seharian bergelut dengan rutinitas yang melelahkan.
Apalagi bagi para pecandu rokok,
maka bisa dipastikan hidup mereka tidak jauh dari minuman yang satu ini. Karena
ternyata setelah diteliti kopi itu mempunyai kandungan yang bisa menetralisir
racun dari nikotin yang ada pada rokok. Oleh sebab itulah menikmati secangkir kopi
itu terasa tidak lengkap jika tidak diiringi dengan sebatang rokok sebagai
jodohnya. Entah sejak kapan tradisi ini bermula tapi yang jelas mereka para
perokok bisa dipastikan adalah seorang penikmat kopi, tapi mereka pecandu kopi
belum tentu adalah seorang perokok. Karena banyak mereka yang tidak bisa lepas
dari minum kopi setiap hari, tapi mereka tidak merokok.
Berbicara lebuh jauh tentang KOPI,
yang terbersit dalam otak saya adalah bagaimana kopi itu bisa menjadi ngetrend
seperti sekarang ini. KOPI itu tetaplah menjadi tanaman biasa kalau saja dulu
tidak ada yang menemukan bahwa ternyata kopi bisa diolah menjadi minuman yang
nikmat bagi para pecinta kopi. Tapi tidak begitu saja setelah melalui proses
pembuatan yang panjang hingga berakhir menjadi bubuk kopi maka kita sudah bisa
menikmatinya. Kopi bukanlah sebuah minuman yang nikmat jika tidak diseduh
dengan air panas dan tidak dicampur dengan gula. Oleh sebab itu untuk
memperoleh kenikmatan yang pas sesuai selera kita maka ketiga unsur tadi harus
menjadi satu yang disatukan dalam sebuah wadah yaitu cangkir atau gelas. Dan
sebelum diminum kopi harus terlebih dahulu diaduk dengan bantuan sendok. Karena
jika tidak diaduk maka akan terasa pahit karena basic rasa dari kopi adalah
pahit.
Dalam penyajiannya di warung kopi
atau di “Angkringan” (bahasa lain
dari warung lesehan di pinggir jalan : red) secangkir kopi selalu disertai
dengan piring kecil sebagai alas cangkir yang sebenarnya hanya berfungsi
sebagai pelengkap saja. Tapi selain sebagai alas fungsi lain dari piring kecil
atau sering disebut “lepek” itu
adalah untuk menuangkan kopi yang tersaji dalam keadaan panas tersebut agar
supaya cepat dingin dan bisa dinikmati tanpa harus meniup dan meminum sedikit
demi sedikit. Meskipun begitu tapi ternyata tidak semua daerah punya cara yang
sama dalam menikmati kopi. Karena ternyata di tempat lain hal seperti itu
bahkan terasa asing dan mereka heran ketika melihat ada orang minum kopi tapi
dituangkan ke piring kecil terlebih dahulu. Yah...seperti kata pepatah “Lain Ladang
Lain Belalang, Lain Lubuk Lain Ikannya”. Seperti apapun caranya yang penting
kepuasan akhir tetaplah sama.
Dari pembahasan yang bertele-tele
dan nggak penting banget tadi
ternyata ada sebuah filosofi yang bisa saya ambil bahwa hal yang sepele seperti
KOPI yang mungkin kita tidak pernah berfikir untuk menghabiskan energi hanya
untuk merenungkan maknanya itu. Untuk bisa menikmati secangkir kopi kita harus
melewati beberapa proses yang memang harus kita lalui. Dan kopi bukanlah
sesuatu yang istimewa jika tidak dipadukan dengan beberapa unsur pelengkap.
Seperti itulah halnya hidup ini, sekecil apapun tujuan kita maka mau tak mau
kita harus melewati berbagai proses agar kita bisa mencapai tujuan kita dengan
perasaan puas. Dan dalam proses tersebut kita tidak akan pernah bisa melaluinya
sendirian karena kita sudah ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi makhluk sosial
yang tetap akan selalu membutuhkan bantuan dari orang-orang ada di sekitar
kita, seperti kopi membutuhkan air panas, gula dan wadah agar kita bisa
menikmatinya dengan enak.
Dan pernahkah kita berpikiran
seperti itu? Rasanya lebih banyak orang yang lebih bangga dengan dirinya
sendiri seolah-olah apa yang telah didapatkannya dan proses untuk mencapai
tujuan tersebut adalah murni hasil kerja kerasnya sendiri tanpa bantuan dari
orang lain. Bahkan yang lebih ironis mereka seolah-olah mengesampingkan peran
Tuhan dalam hidupnya dan hanya mau berkeluh kesah kepada Tuhan hanya ketika dia
gagal memperoleh tujuannya tersebut. Tak jarang mereka menyalahkan Tuhan ketika
mereka sedang terpuruk dan mempertanyakan keadilan Tuhan, padahal mereka
melupakan-NYA ketika sedang terbuai oleh kesuksesan sesaat.
Jika sudah seperti itu apa
artinya Tuhan dalam kehidupan ini? Apakah Tuhan itu hanya sebagai pelengkap
untuk mengisi kolom agama pada KTP saja?Apakah kita hanya membutuhkan Tuhan
saat kita sedang mengalami cobaan hidup saja? Lalu sebenarnya yang butuh itu
siapa? Kita atau Tuhan?
Yeah....dan realitanya memang
seperti itu, kita hanya berdo’a memohon-mohon kepada-NYA disaat kita sedang
merasa kesusahan padahal sesungguhnya Tuhan itu tidak membutuhkan kita, apakah
kita baik atau tidak, apakah kita benar atau salah. Tuhan hanya memberikan
kompensasi kepada hambanya yang mau menjalankan semua perintahnya dan menjauhi
semua larangannya. Karena sesungguhnya kita lah yang membutuhkan Tuhan untuk
tempat bersujud, memohon dan meminta dengan gratis tanpa syarat, itupun jika
kita mau untuk berpikir jernih.
Oleh karena itu jangan
menyalahkan proses yang kita jalani karena kebahagiaan hidup itu adalah proses
bukan tujuan akhir. Dan nikmatilah semua proses itu dengan biasa-biasa saja
tanpa melupakan peranan Tuhan dalam setiap proses yang kita jalani.
0 komentar: